Minggu, 09 Desember 2012

Kasih Sayang, Kesuksesan, Kekayaan

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semuapasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut". Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu. Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam."Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama sama", kata pria itu hampirbersamaan. "Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran. Salahseseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjukseorang pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan yang ini bernamaKesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan akusendiri bernama Kasih Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapadiantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.Suaminya pun merasa heran. "Ohho... menyenangkan sekali. Baiklah, kalaubegitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah inipenuh dengan Kekayaan."Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyamandan penuh dengan kehangatan Kasih Sayang."Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajakmasuk si Kasih Sayang ini ke dalam.

Dan malam ini, Si Kasih Sayang menjadi teman santap malam kita." Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih Sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."Si Kasih Sayang bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Kasih Sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?" Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Andamengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih Sayang, maka kemana pun Kasih Sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih Sayang, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si KasihSayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalankebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saatberjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

print this page Print this page
Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semuapasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut". Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu. Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam."Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama sama", kata pria itu hampirbersamaan. "Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran. Salahseseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjukseorang pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan yang ini bernamaKesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan akusendiri bernama Kasih Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapadiantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.Suaminya pun merasa heran. "Ohho... menyenangkan sekali. Baiklah, kalaubegitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah inipenuh dengan Kekayaan."Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyamandan penuh dengan kehangatan Kasih Sayang."Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajakmasuk si Kasih Sayang ini ke dalam.

Dan malam ini, Si Kasih Sayang menjadi teman santap malam kita." Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih Sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."Si Kasih Sayang bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Kasih Sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?" Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Andamengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih Sayang, maka kemana pun Kasih Sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih Sayang, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si KasihSayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalankebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saatberjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

print this page Print this page

Sebuah kisah nyata!!

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur Dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, Dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak Ada seorangpun di rumah ibu. Tak Ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika Kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif". Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah. Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana Kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur Dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, Dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak Ada seorangpun di rumah ibu. Tak Ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika Kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif". Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah. Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana Kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Setiap harimu adalah hari istimewa

Sahabatku membuka laci tempat istrinya menyimpan
pakaian dalam dan membuka bungkusan berbahan sutra
"Ini, ......", dia berkata, "Bukan bungkusan yang
asing lagi". Dia membuka kotak itu dan memandang
pakaian dalam sutra serta kotaknya. "Istriku
mendapatkan ini ketika pertama kali kami pergi ke New
York, 8 atau 9 tahun yang lalu. Dia tidak pernah
mengeluarkan bungkusan ini. Karena menurut dia, hanya
akan digunakan untuk kesempatan yang istimewa.


Dia melangkah dekat tempat tidur dan meletakkan
bungkusan hadiah didekat pakaian yang dia pakai ketika
pergi ke pemakaman. Istrinya baru saja meninggal.
Dia menoleh padaku dan berkata :
"JANGAN PERNAH MENYIMPAN SESUATU UNTUK KESEMPATAN
ISTIMEWA, SETIAP HARI DALAM HIDUPMU ADALAH KESEMPATAN
YANG ISTIMEWA !"


Aku masih berpikir bahwa kata-kata itu akhirnya
mengubah hidupku. Sekarang aku lebih banyak membaca
dan mengurangi bersih-bersih. Aku duduk di sofa tanpa
khawatir tentang apapun. Aku meluangkan waktu lebih
banyak bersama keluargaku dan mengurangi waktu
bekerjaku. Aku mengerti bahwa kehidupan seharusnya
menjadi sumber pengalaman supaya bisa hidup, tidak
semata-mata supaya bisa survive (bertahan hidup) saja.


Aku tidak berlama-lama menyimpan sesuatu. Aku
menggunakan gelas-gelas kristal setiap hari. Aku akan
mengenakan pakaian baru untuk pergi ke Supermarket,
jika aku menyukainya. Aku tidak menyimpan parfum
specialku untuk kesempatan istimewa, aku
menggunakannya kemanapun aku menginginkannya.
Kata-kata "Suatu hari " dan Satu saat nanti
....."sudah lenyap dari kamusku. Jika dengan melihat,
mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi
berharga, aku ingin melihat, mendengar atau
melakukannya sekarang.


Aku ingin tahu apa yang dilakukan oleh istri temanku
apabila dia tahu dia tidak akan ada di sana pagi
berikutnya, ini yang tak seorangpun mampu
mengatakannya. Aku berpikir, dia mungkin sedang
menelepon rekan-rekannya serta sahabat terdekatnya.
Barangkali juga dia menelpon teman lama untuk berdamai
atas perselisihan yang pernah mereka lakukan. Aku suka
berpikir bahwa dia mungkin pergi makan Martabak
Spesial, makanan favoritnya. Semua ini adalah hal-hal
kecil yang mungkin akan aku sesali jika tak aku
lakukan, jika aku tahu waktu sudah dekat.


Aku akan menyesalinya, karena aku tidak akan lebih
lama lagi melihat teman-teman yang akan aku temui,
juga surat-surat yang ingin aku tulis Suatu hari
nanti". Aku akan menyesal ! dan merasa sedih, karena
aku tidak sempat mengatakan betapa aku mencintai
orangtuaku, saudara-saudaraku dan teman2ku.
Sekarang, aku mencoba untuk tidak menunda atau
menyimpan apapun yang bisa membuatku tertawa dan bisa
membuatku menikmati hidup. Dan, setiap pagi, aku
berkata kepada diriku sendiri bahwa hari ini akan
menjadi hari istimewa. Setiap hari, setiap jam, setiap
menit, adalah istimewa.


Apabila kamu mendapatkan pesan ini, itu karena
seseorang peduli padamu, dan karena mungkin ada
seseorang yang kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk
untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu
berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan
mengirimkannya "Suatu saat nanti", ingatlah bahwa
"Suatu saat" itu sangat jauh ....... Dan mungkin tidak
akan pernah datang .
Sahabatku membuka laci tempat istrinya menyimpan
pakaian dalam dan membuka bungkusan berbahan sutra
"Ini, ......", dia berkata, "Bukan bungkusan yang
asing lagi". Dia membuka kotak itu dan memandang
pakaian dalam sutra serta kotaknya. "Istriku
mendapatkan ini ketika pertama kali kami pergi ke New
York, 8 atau 9 tahun yang lalu. Dia tidak pernah
mengeluarkan bungkusan ini. Karena menurut dia, hanya
akan digunakan untuk kesempatan yang istimewa.


Dia melangkah dekat tempat tidur dan meletakkan
bungkusan hadiah didekat pakaian yang dia pakai ketika
pergi ke pemakaman. Istrinya baru saja meninggal.
Dia menoleh padaku dan berkata :
"JANGAN PERNAH MENYIMPAN SESUATU UNTUK KESEMPATAN
ISTIMEWA, SETIAP HARI DALAM HIDUPMU ADALAH KESEMPATAN
YANG ISTIMEWA !"


Aku masih berpikir bahwa kata-kata itu akhirnya
mengubah hidupku. Sekarang aku lebih banyak membaca
dan mengurangi bersih-bersih. Aku duduk di sofa tanpa
khawatir tentang apapun. Aku meluangkan waktu lebih
banyak bersama keluargaku dan mengurangi waktu
bekerjaku. Aku mengerti bahwa kehidupan seharusnya
menjadi sumber pengalaman supaya bisa hidup, tidak
semata-mata supaya bisa survive (bertahan hidup) saja.


Aku tidak berlama-lama menyimpan sesuatu. Aku
menggunakan gelas-gelas kristal setiap hari. Aku akan
mengenakan pakaian baru untuk pergi ke Supermarket,
jika aku menyukainya. Aku tidak menyimpan parfum
specialku untuk kesempatan istimewa, aku
menggunakannya kemanapun aku menginginkannya.
Kata-kata "Suatu hari " dan Satu saat nanti
....."sudah lenyap dari kamusku. Jika dengan melihat,
mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi
berharga, aku ingin melihat, mendengar atau
melakukannya sekarang.


Aku ingin tahu apa yang dilakukan oleh istri temanku
apabila dia tahu dia tidak akan ada di sana pagi
berikutnya, ini yang tak seorangpun mampu
mengatakannya. Aku berpikir, dia mungkin sedang
menelepon rekan-rekannya serta sahabat terdekatnya.
Barangkali juga dia menelpon teman lama untuk berdamai
atas perselisihan yang pernah mereka lakukan. Aku suka
berpikir bahwa dia mungkin pergi makan Martabak
Spesial, makanan favoritnya. Semua ini adalah hal-hal
kecil yang mungkin akan aku sesali jika tak aku
lakukan, jika aku tahu waktu sudah dekat.


Aku akan menyesalinya, karena aku tidak akan lebih
lama lagi melihat teman-teman yang akan aku temui,
juga surat-surat yang ingin aku tulis Suatu hari
nanti". Aku akan menyesal ! dan merasa sedih, karena
aku tidak sempat mengatakan betapa aku mencintai
orangtuaku, saudara-saudaraku dan teman2ku.
Sekarang, aku mencoba untuk tidak menunda atau
menyimpan apapun yang bisa membuatku tertawa dan bisa
membuatku menikmati hidup. Dan, setiap pagi, aku
berkata kepada diriku sendiri bahwa hari ini akan
menjadi hari istimewa. Setiap hari, setiap jam, setiap
menit, adalah istimewa.


Apabila kamu mendapatkan pesan ini, itu karena
seseorang peduli padamu, dan karena mungkin ada
seseorang yang kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk
untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu
berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan
mengirimkannya "Suatu saat nanti", ingatlah bahwa
"Suatu saat" itu sangat jauh ....... Dan mungkin tidak
akan pernah datang .

Aku menangis untuk adikku 6 kali

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demihari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung merekamenghadap ke langit.Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laciayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut didepan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.:
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa punmengaku, jadi Beliau mengatakan :
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!".
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikkumencengkeram tangannya dan berkata :
"Ayah, aku yang melakukannya! ".
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitumarahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisannafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami danmemarahi,:
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yangakan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati!Kamu pencuri tidak tahu malu!".
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuhdengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahanmalam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutupmulutku dengan tangan kecilnya dan berkata :
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanianuntuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masihkelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikkuketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk keSMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk kesebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnyamemberengut :"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitubaik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. Sambil berkata :
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?".
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata :
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyakbuku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya sambil berkata :
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?. Bahkan jikaberarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berduasampai selesai!".
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjamuang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yangmembengkak, dan berkata :
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidakakan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.".
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan keuniversitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikkumeninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacangyang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkansecarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja danmengirimu uang.".
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan airmata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yangadikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, akusedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan :
" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !".
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, danmelihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen danpasir. Aku menanyakannya, :
"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan merekapikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akanmenertawakanmu? "
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debudari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku :
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamuadalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..".
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Iamemakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan :
"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harusmemiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalampelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telahdiganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, akumenari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskanbegitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambiltersenyum :
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkahkamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendelabaru itu..".
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratusjarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya danmebalut lukanya.aku bertanya :
"Apakah itu sakit?".
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi,batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidakmenghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun kewajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan akumengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi merekatidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidakakan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan :
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkanpekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikkumenolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerjareparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan akupergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu :
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harusmelakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yangbegitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. :
"Pikirkan kakak ipar...ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidakberpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apayang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yangsepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu,ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani daridusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanyakepadanya :
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?".
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab :
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidakdapat kuingat :
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiaphari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah danpulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja danberjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetarankarena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjagakakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannyakepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku akhirnya keluar juga :
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaanini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demihari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung merekamenghadap ke langit.Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laciayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut didepan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.:
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa punmengaku, jadi Beliau mengatakan :
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!".
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikkumencengkeram tangannya dan berkata :
"Ayah, aku yang melakukannya! ".
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitumarahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisannafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami danmemarahi,:
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yangakan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati!Kamu pencuri tidak tahu malu!".
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuhdengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahanmalam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutupmulutku dengan tangan kecilnya dan berkata :
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanianuntuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masihkelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikkuketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk keSMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk kesebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnyamemberengut :"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitubaik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. Sambil berkata :
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?".
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata :
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyakbuku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya sambil berkata :
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?. Bahkan jikaberarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berduasampai selesai!".
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjamuang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yangmembengkak, dan berkata :
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidakakan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.".
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan keuniversitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikkumeninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacangyang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkansecarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja danmengirimu uang.".
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan airmata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yangadikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, akusedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan :
" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !".
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, danmelihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen danpasir. Aku menanyakannya, :
"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan merekapikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akanmenertawakanmu? "
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debudari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku :
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamuadalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..".
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Iamemakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan :
"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harusmemiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalampelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telahdiganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, akumenari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskanbegitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambiltersenyum :
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkahkamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendelabaru itu..".
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratusjarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya danmebalut lukanya.aku bertanya :
"Apakah itu sakit?".
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi,batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidakmenghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun kewajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan akumengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi merekatidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidakakan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan :
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkanpekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikkumenolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerjareparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan akupergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu :
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harusmelakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yangbegitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. :
"Pikirkan kakak ipar...ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidakberpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apayang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yangsepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu,ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani daridusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanyakepadanya :
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?".
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab :
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidakdapat kuingat :
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiaphari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah danpulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja danberjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetarankarena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjagakakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannyakepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku akhirnya keluar juga :
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaanini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Busuknya kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak (TK) mengadakan"permainan".
Ibu Gurumenyuruh tiap² muridnya membawa kantong plastiktransparan 1 buah dankentang. Masing² kentang tersebut diberi namaberdasarkan nama orang yangdibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukanberapa ... tergantungjumlah orang² yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing² murid membawakentang dalam kantongplastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan adayang 5. Sepertiperintah guru mereka tiap² kentang diberi nama sesuainama orang yangdibenci. Murid² harus membawa kantong plastik berisikentang tersebutkemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang² pun mulai membusuk,murid² mulai mengeluh,apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain beratbaunya juga tidak sedap.Setelah 1 minggu murid² TK tersebut merasa lega karenapenderitaan merekaakan segera berakhir.

Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1minggu ?"

Keluarlah keluhan dari murid² TK tersebut, padaumumnya mereka tidak merasanyaman harus membawa kentang² busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Gurupun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru : "Seperti itulah kebencian yang selalu kitabawa² apabila kitatidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidakmenyenangkan membawakentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1minggu. Bagaimana jikakita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkahtidak nyamannya ..."
Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak (TK) mengadakan"permainan".
Ibu Gurumenyuruh tiap² muridnya membawa kantong plastiktransparan 1 buah dankentang. Masing² kentang tersebut diberi namaberdasarkan nama orang yangdibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukanberapa ... tergantungjumlah orang² yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing² murid membawakentang dalam kantongplastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan adayang 5. Sepertiperintah guru mereka tiap² kentang diberi nama sesuainama orang yangdibenci. Murid² harus membawa kantong plastik berisikentang tersebutkemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang² pun mulai membusuk,murid² mulai mengeluh,apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain beratbaunya juga tidak sedap.Setelah 1 minggu murid² TK tersebut merasa lega karenapenderitaan merekaakan segera berakhir.

Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1minggu ?"

Keluarlah keluhan dari murid² TK tersebut, padaumumnya mereka tidak merasanyaman harus membawa kentang² busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Gurupun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru : "Seperti itulah kebencian yang selalu kitabawa² apabila kitatidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidakmenyenangkan membawakentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1minggu. Bagaimana jikakita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkahtidak nyamannya ..."

Segelas susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup darimenjual asongan dari pintu ke pintu,
menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapasen uangnya, dan dia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanandari rumah berikutnya.
Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saatseorang wanita muda membuka pintu rumah.
Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya beranimeminta segelas air.
Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anaklelaki tersebut pastilah lapar,
oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.
Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudianbertanya,
"berapa saya harus membayar untuk segelas besar susuini ?"
Wanita itu menjawab:
"Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaranuntuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya danberkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih padaanda."
Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalamisakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudahtidak sanggup menganganinya.
Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimanaterdapat dokter spesialis yang mampu menanganipenyakit langka tersebut.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukanpemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal siwanita tersebut,
terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokterKelly.
Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hallrumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut.
Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui siwanita itu.
Ia langsung mengenali wanita itu pada sekalipandang.Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskanuntuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu,Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasuswanita itu.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnyadiperoleh kemenangan.. . Wanita itu sembuh !!.
Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untukmengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanyauntuk persetujuan.
Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu padapojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannyake kamar pasien.
Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, iasangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihantersebut walaupun harus dicicil
seumur hidupnya.
Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihantersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannyapada pojok atas lembar tagihan tersebut.
Ia membaca tulisan yang berbunyi..
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.."
tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa :"Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhiseluruh bumi melalui hati dan tangan manusia"
Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup darimenjual asongan dari pintu ke pintu,
menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapasen uangnya, dan dia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanandari rumah berikutnya.
Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saatseorang wanita muda membuka pintu rumah.
Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya beranimeminta segelas air.
Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anaklelaki tersebut pastilah lapar,
oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.
Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudianbertanya,
"berapa saya harus membayar untuk segelas besar susuini ?"
Wanita itu menjawab:
"Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaranuntuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya danberkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih padaanda."
Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalamisakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudahtidak sanggup menganganinya.
Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimanaterdapat dokter spesialis yang mampu menanganipenyakit langka tersebut.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukanpemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal siwanita tersebut,
terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokterKelly.
Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hallrumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut.
Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui siwanita itu.
Ia langsung mengenali wanita itu pada sekalipandang.Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskanuntuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu,Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasuswanita itu.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnyadiperoleh kemenangan.. . Wanita itu sembuh !!.
Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untukmengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanyauntuk persetujuan.
Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu padapojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannyake kamar pasien.
Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, iasangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihantersebut walaupun harus dicicil
seumur hidupnya.
Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihantersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannyapada pojok atas lembar tagihan tersebut.
Ia membaca tulisan yang berbunyi..
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.."
tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa :"Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhiseluruh bumi melalui hati dan tangan manusia"

Beda antar Cinta, Suka, dan Sayang

Dihadapan orang yang kau cintai,
Musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
Musim dingin tetap saja musim dingin,hanya suasananya lebih undah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai
Jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kau hanya merasa senang dan gembira saja.

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai,
Matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai,
Engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai
Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja.

Jika orang yang kau cintai menangis,engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,engkau hanya menghibur saja.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,cukup dengan menutup telingga,
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai,cinta itu
berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu
yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta… ada perasaan yang lebih mendalam,yaitu
rasa saying…rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta.Rasa yang tidak mudah
berubah.
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.Mau
menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.Cinta ingin memiliki,tetapi
sayang hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia….walaupun harus
kehilangan.

Untuk seseorang yang sedang jatuh cinta….......
Dihadapan orang yang kau cintai,
Musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
Musim dingin tetap saja musim dingin,hanya suasananya lebih undah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai
Jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kau hanya merasa senang dan gembira saja.

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai,
Matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai,
Engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai
Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja.

Jika orang yang kau cintai menangis,engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,engkau hanya menghibur saja.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,cukup dengan menutup telingga,
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai,cinta itu
berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu
yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta… ada perasaan yang lebih mendalam,yaitu
rasa saying…rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta.Rasa yang tidak mudah
berubah.
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.Mau
menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.Cinta ingin memiliki,tetapi
sayang hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia….walaupun harus
kehilangan.

Untuk seseorang yang sedang jatuh cinta….......

Confidence, Trust and Hope

CONFIDENCE
Once, all village people decided to pray for rain. On the day of prayer,
all the people gathered but only one boy came with an umbrella; that's
Confidence.

TRUST
Trust should be like the feeling of a one-year-old baby. When you throw him
in the air, he laughs... because he knows you will catch him; that's Trust.

HOPE
Every night we go to bed, we have no assurance to get up alive in the next
morning but still we make plans for the coming day; that's Hope.

ALWAYS MAINTAIN YOUR CONFIDENCE
HAVE SOME TRUST IN OTHERS
and NEVER LOSE HOPE!

Never regret a day in your life.
Good days give you happiness;
Bad days give you experiences;
Both are essential to life
CONFIDENCE
Once, all village people decided to pray for rain. On the day of prayer,
all the people gathered but only one boy came with an umbrella; that's
Confidence.

TRUST
Trust should be like the feeling of a one-year-old baby. When you throw him
in the air, he laughs... because he knows you will catch him; that's Trust.

HOPE
Every night we go to bed, we have no assurance to get up alive in the next
morning but still we make plans for the coming day; that's Hope.

ALWAYS MAINTAIN YOUR CONFIDENCE
HAVE SOME TRUST IN OTHERS
and NEVER LOSE HOPE!

Never regret a day in your life.
Good days give you happiness;
Bad days give you experiences;
Both are essential to life

17 Hal yang harus diingat

1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.
2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.
3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.
9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek
oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan
budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!\

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna
dengan siapapun juga.
16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi
fisik. Semua orang itu SAMA!!!
1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.
2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.
3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.
9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek
oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan
budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!\

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna
dengan siapapun juga.
16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi
fisik. Semua orang itu SAMA!!!

Mencapai potensi hidup yang maksimal

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir,
rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai
kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri.
Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang
sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.

Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :

* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini
dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi.
Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih.
Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu,
meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap
aspek kehidupanmu.

* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus
melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda.
Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang
dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan
tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan
pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri

* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu.
Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia
berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia
akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu.
Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan.
Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.

* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi...
Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya
dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai
trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini.
Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu
selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.

* Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun
Kita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi
tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapi
tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang
menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup
berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.


* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar
yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri.
Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita,
Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita,
namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri.
Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan
apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.

* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu
sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan
sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu,
sekarang juga !

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir,
rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai
kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri.
Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang
sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.

Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :

* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini
dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi.
Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih.
Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu,
meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap
aspek kehidupanmu.

* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus
melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda.
Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang
dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan
tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan
pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri

* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu.
Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia
berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia
akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu.
Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan.
Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.

* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi...
Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya
dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai
trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini.
Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu
selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.

* Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun
Kita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi
tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapi
tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang
menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup
berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.


* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar
yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri.
Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita,
Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita,
namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri.
Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan
apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.

* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu
sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan
sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu,
sekarang juga !

Sabtu, 04 Agustus 2012

Keperawananku Direnggut Papa

(by: dahrul_m@ymail.com)

Sebelumnya saya perkenalkan nama saya Nadya (bukan nama sebenarnya). Saya sebelumnya wanita baik-baik yang belum pernah mengenal sex sebelumnya.

Saya mengalamai pengalaman sex pertama saya dengan seorang laki-laki yang sebelumnya saya sangat respek padanya, laki-laki itu adalah papa saya sendiri.

Papa mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu senang sekali bermabuk-mabukan dan membawa wanita jalanan ke rumah ketika mama sedang mengurusi bisnisnya ke luar negeri.
Papa dulunya seorang businessman yang sangat sukses yang bergerak di bidang jasa perbaikan kendaraan, bahkan bengkel papa sebelumnya sangat terkenal di negeri ini karena kekhususannya mengurusi mobil-mobil mewah.

Dulu papa sangat perhatian dan sangat sayang kepada kami, sampai akhirnya ketika krismon melanda negeri ini, kelakuan papa berubah 180 derajat, mulai dari bermabuk-mabukan sampai bercinta dengan wanita jalanan di rumah kami sendiri.

Dua tahun telah berlalu setelah krismon, bisnis papa semakin terpuruk, sehingga kami terpaksa mengadu nasib di negeri kangguru. Kami tidak tahu kelakuan papa selanjutnya, karena papa tinggal sendirian di rumah di Jakarta dengan seorang pembantu laki-laki.

Sampai akhirnya ketika saya dan adik saya Dania (bukan nama sebenarnya) pulang liburan ke Jakarta pada tahun 2002. Ketika itu, papa memintaku untuk magang di bengkelnya. Seperti kondisi sebelumnya, memang sedikit sekali pelanggan yang datang ke bengkel papa, sehingga terlihat sangat sepi.

Pada suatu hari saya mendapati papa sedang mabuk di ruangan kerjanya. Ketika itu aku menghampiri papa untuk menegurnya. Entah kenapa tiba-tiba papa menarikku dan mencumbuiku dengan paksa. Dia memaksakan memasukkan lidahnya ke mulutku sambil tangan kanannya meremas pantatku dan tangan kirinya meremas payudaraku.

Aku sudah berusaha untuk mengelak darinya, tapi ternyata tenaga papa lebih besar dari tenagaku. Entah kenapa tiba-tiba ada suatu rasa yang nikmat yang menjalar di sekujur tubuhku, dan payudaraku terasa mulai mengeras. Papa mulai memainkan lidahnya di dalam mulutku, dan secara reflect lidahku membalasnya.

Aku merasakan celana dalamku mulai basah, dan aku sepertinya mulai terangsang oleh cumbuan papa. Peristiwa itu berlangsung selama 8 menit. Tiba-tiba papa melepas pagutan bibirnya dari bibirku, dan sepertinya dia mulai tersadar dari mabuknya. Papa mendorong tubuhku dan meminta maaf sambil menitikkan matanya penuh penyesalan.

Setelah itu saya segera pulang dengan mobilku sendiri, sedangkan papa masih harus melanjutkan pekerjaannya. Selama dalam perjalanan pulang, saya menangis karena masih terbayang dengan perbuatan papa tadi. Perasaan benci, kecewa, tapi bercampur dengan rasa nikmat yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Ketika sampai di rumah, saya mendapati celana dalam saya masih basah, dan saya langsung masuk ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa jijik saya.

Ketika saya mandi, saya masih membayangkan perbuatan papa tadi, sampai secara tidak sadar, saya meremas payudara saya. Saya mulai merasakan nikmat yang luar biasa, bercampur dengan guyuran shower yang mengalir di sekujur tubuhku. Siraman air shower terasa nikmat sekali di memek saya, dan secara tidak sadar, saya mulai mengelus memek saya.

Perasaan nikmat semakin menjadi-jadi sampai akhirnya seluruh tubuhku mulai mengejang dengan hebatnya, dan cairan hangat keluar dari memek saya. Setelah itu tubuh saya terasa lemas, dan akhirnya saya tertidur pulas setelah selesai mandi.

Keesokan paginya waktu saya sedang sarapan, papa kembali meminta maaf kepadaku, tetapi aku bingung menyikapinya, karena di lain sisi aku menginginkan kejadian kemarin terulang kembali.

Setelah itu papa berangkat ke kantor dan saya mengantarkan adik saya ke rumah temannya. Selama di kantor, segala sesuatu berjalan seperti biasa, sampai ketika saya hendak pulang, mobil saya tidak bisa dihidupkan, dan mekanik anak buah papa tidak sanggup menyelesaikannya hari itu juga.

Akhirnya saya ke ruangan papa untuk mengajak pulang bareng. Ternyata seperti biasa papa sedang mabuk-mabukan lagi. Walaupun sedang mabuk, papa masih tetap sadar dan mengajak saya untuk pulang saat itu juga. Segalanya berjalan dengan normal selama dalam perjalanan pulang, sampai di dekat rumahku, papa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba dia membuka celananya dan memerintahkanku untuk memegangnya.

Tiba-tiba papa memanggilku dengan nama mamaku. "Nancy, tolong elus kontol gua dong, gua udah lama gak elu isepin!" Tentu saja aku kaget, ternyata selama mabuk, papa menganggapku sebagai mama, karena kemiripan mukaku dengan muka mama. Karena ada dorongan setan, aku mulai memegang dan mengulum kontol papa yang ternyata besar sekali sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam mulutku.

Secara reflek saya mulai memaju-mundurkan kepala saya dan mulai menjilati biji peler papa. Pada saat itu, papa mulai mengelus paha saya, dan akhirnya tangannya melepas celana dalamku. Kemudian jari-jarinya bermain di bibir memekku.

Selama lima menit, papa memainkan memekku, hingga akhirnya cairan hangat mengalir dari memekku, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah beberapa menit kemudian, aku sudah hampir sampai untuk kedua kalinya, tiba-tiba cairan putih keluar dari kontol papa, dan tertelan olehku, dan rasanya gurih sekali. Setelah itu, papa menjadi lemas dan mengeluarkan jarinya dari dalam memekku, sehingga aku merasa nanggung.

Saat itu juga, papa langsung tertidur di dalam mobil, dan karena merasa kesal, aku pulang jalan kaki, yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.

Sampai di persimpangan jalan rumahku, aku bertemu dengan kakak kelasku di SMA yang sudah 2 tahun tidak ketemu, namanya Bang Jhonny (bukan nama sebenarnya) yang terkenal playboy waktu di SMA dulu. Tampang Bang Jhonny sebenarnya biasa-biasa saja, entah kenapa dia bisa menjadi playboy. Kami bersalaman dan dia berusaha memelukku dengan erat, aku berusaha menolaknya, karena tidak ingin Bang Jhonny tahu kalau celana dalamku basah.

Aku berlari ke rumahku, dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan memekku. Sambil mandi, aku mulai masturbasi kembali, karena perasaan nanggung tadi masih ada. Setelah selesai mandi, aku mengenakan daster tanpa celana dalam dan bra karena kebiasaanku setiap tidur. Setelah itu aku tidur tanpa sempat makan malam.

Pada saat aku sedang tidur nyenyak, aku merasakan ada yang sedang berusaha melepaskan tali dasterku. Karena masih capek akibat orgasme yang berulang kali tadi, aku tidak bisa terbangun. Tangan itu menjalar sampai ke payudaraku dan aku merasakan lidah sedang bermain di pentilku.

Tanpa sadar aku mengerang nikmat, dan membayangkan papaku sedang melakukannya. Kemudian bibir itu terus bergerak menuju leherku sampai akhirnya berhenti di bibirku. Aku membalas pagutan bibirnya dan tiba-tiba aku tersadar dan terbangun. Aku mendorong tubuh itu yang ternyata adalah papaku.

Dengan sekuat tenaga papa tetap memaksaku dan semakin liar perlakuannya kepadaku, sehingga dasterku robek, sehingga tubuh indahku terlihat di depan matanya. Dengan paksa dia mengangkangkan kedua kakiku dan mulai menjilati memekku. Aku berusaha menjauhkan kepala papa dari memekku sehingga papa terjengkang dari tempat tidur.

Papa segera bangkit dan menarik tubuhku sambil menampar pipiku dengan keras. Dilucutinya semua pakaiannya sehingga hanya tubuh polosnya yang terlihat. Tanpa basa-basi aku didorongnya kembali ke tempat tidur dan sekarang mencoba untuk memasukkan kontolnya ke lobang kenikmatanku.

Dengan pasrah aku menuruti kemauannya karena menurutku sudah percuma untuk menolak lagi. Dia mulai menggenjot memekku kedepan dan belakang. Karena aku berusaha melawan memekku terasa sangat perih, lagi pula saat itu aku masih perawan dan lubangnya sangat sempit. Tetapi setelah lama kelamaan ternyata aku mulai menikmati permainannya dan mulai menggerakkan pantatku naik turun. Beberapa lama setelah itu kurasa cairanku mendesak memek dan terasa akan keluar.

Dengan segera kupercepat gerakan pantatku dan akhirnya aku berteriak nikmat karena aku mencapai puncak kenikmatan. Beberapa saat kemudian papa membalikkan tubuhku dan mulai mengelus lubang pantatku serta menjilatinya. Aku yang sudah sangat lemas sebenarnya sangat jijik dengan perlakuannya, tetapi seperti sebelumnya aku hanya bisa pasrah. Papa yang sudah sangat bernafsu segera menghujamkan kontol besarnya ke dalam lubang pantatku.

Tanpa sadar ternyata meneteslah darah dari memek dan pantatku bercampur dengan cairan vaginaku. Aku berteriak dengan kerasnya karena rasa sakit luar bisa dari lubang pantatku. Mendengar teriakanku papa semakin nafsu menghujamkan kontolnya berkali-kali sambil menjambak rambutku dengan kerasnya. Papa semakin mempercepat gerankan kasarnya, dan seketika dia mengejang dan berteriak keras, aku merasa cairan sperma papa terus menerus mengalir masuk ke pantatku.

Setelah puas dengan semua prilakunya papa tergeletak lemas disampingku dan aku hanya bisa merenungi nasibku. Hilang sudah keperawananku yang selama ini kujaga dan ternyata harus kurelakan direnggut oleh orang yang sangat ku hormati dan sejak saat itu aku merasa telah berkhianat pada mamaku.

Walaupun setelah perawanku direnggutnya aku semakin sering melakukan hubungan sex dengan papa selama berada di Jakarta. Selain dengan papa, aku juga sering melakukan sex dengan Bang jhonny yang akhirnya menjadi pacarku.

Tapi kini Bang jhonny telah meninggalkanku untuk selama-lamanya karena dia overdosis narkoba. Karena telah sering melakukan hubungan sex, aku menjadi seorang maniak yang selalu butuh sentuhan lelaki.

Bagi siapa saja yang tertarik dengan kisahku atau bisa memberikan solusi padaku silahkan hubungi aku pada alamat emailku.

(by: dahrul_m@ymail.com)

Sebelumnya saya perkenalkan nama saya Nadya (bukan nama sebenarnya). Saya sebelumnya wanita baik-baik yang belum pernah mengenal sex sebelumnya.

Saya mengalamai pengalaman sex pertama saya dengan seorang laki-laki yang sebelumnya saya sangat respek padanya, laki-laki itu adalah papa saya sendiri.

Papa mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu senang sekali bermabuk-mabukan dan membawa wanita jalanan ke rumah ketika mama sedang mengurusi bisnisnya ke luar negeri.
Papa dulunya seorang businessman yang sangat sukses yang bergerak di bidang jasa perbaikan kendaraan, bahkan bengkel papa sebelumnya sangat terkenal di negeri ini karena kekhususannya mengurusi mobil-mobil mewah.

Dulu papa sangat perhatian dan sangat sayang kepada kami, sampai akhirnya ketika krismon melanda negeri ini, kelakuan papa berubah 180 derajat, mulai dari bermabuk-mabukan sampai bercinta dengan wanita jalanan di rumah kami sendiri.

Dua tahun telah berlalu setelah krismon, bisnis papa semakin terpuruk, sehingga kami terpaksa mengadu nasib di negeri kangguru. Kami tidak tahu kelakuan papa selanjutnya, karena papa tinggal sendirian di rumah di Jakarta dengan seorang pembantu laki-laki.

Sampai akhirnya ketika saya dan adik saya Dania (bukan nama sebenarnya) pulang liburan ke Jakarta pada tahun 2002. Ketika itu, papa memintaku untuk magang di bengkelnya. Seperti kondisi sebelumnya, memang sedikit sekali pelanggan yang datang ke bengkel papa, sehingga terlihat sangat sepi.

Pada suatu hari saya mendapati papa sedang mabuk di ruangan kerjanya. Ketika itu aku menghampiri papa untuk menegurnya. Entah kenapa tiba-tiba papa menarikku dan mencumbuiku dengan paksa. Dia memaksakan memasukkan lidahnya ke mulutku sambil tangan kanannya meremas pantatku dan tangan kirinya meremas payudaraku.

Aku sudah berusaha untuk mengelak darinya, tapi ternyata tenaga papa lebih besar dari tenagaku. Entah kenapa tiba-tiba ada suatu rasa yang nikmat yang menjalar di sekujur tubuhku, dan payudaraku terasa mulai mengeras. Papa mulai memainkan lidahnya di dalam mulutku, dan secara reflect lidahku membalasnya.

Aku merasakan celana dalamku mulai basah, dan aku sepertinya mulai terangsang oleh cumbuan papa. Peristiwa itu berlangsung selama 8 menit. Tiba-tiba papa melepas pagutan bibirnya dari bibirku, dan sepertinya dia mulai tersadar dari mabuknya. Papa mendorong tubuhku dan meminta maaf sambil menitikkan matanya penuh penyesalan.

Setelah itu saya segera pulang dengan mobilku sendiri, sedangkan papa masih harus melanjutkan pekerjaannya. Selama dalam perjalanan pulang, saya menangis karena masih terbayang dengan perbuatan papa tadi. Perasaan benci, kecewa, tapi bercampur dengan rasa nikmat yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Ketika sampai di rumah, saya mendapati celana dalam saya masih basah, dan saya langsung masuk ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa jijik saya.

Ketika saya mandi, saya masih membayangkan perbuatan papa tadi, sampai secara tidak sadar, saya meremas payudara saya. Saya mulai merasakan nikmat yang luar biasa, bercampur dengan guyuran shower yang mengalir di sekujur tubuhku. Siraman air shower terasa nikmat sekali di memek saya, dan secara tidak sadar, saya mulai mengelus memek saya.

Perasaan nikmat semakin menjadi-jadi sampai akhirnya seluruh tubuhku mulai mengejang dengan hebatnya, dan cairan hangat keluar dari memek saya. Setelah itu tubuh saya terasa lemas, dan akhirnya saya tertidur pulas setelah selesai mandi.

Keesokan paginya waktu saya sedang sarapan, papa kembali meminta maaf kepadaku, tetapi aku bingung menyikapinya, karena di lain sisi aku menginginkan kejadian kemarin terulang kembali.

Setelah itu papa berangkat ke kantor dan saya mengantarkan adik saya ke rumah temannya. Selama di kantor, segala sesuatu berjalan seperti biasa, sampai ketika saya hendak pulang, mobil saya tidak bisa dihidupkan, dan mekanik anak buah papa tidak sanggup menyelesaikannya hari itu juga.

Akhirnya saya ke ruangan papa untuk mengajak pulang bareng. Ternyata seperti biasa papa sedang mabuk-mabukan lagi. Walaupun sedang mabuk, papa masih tetap sadar dan mengajak saya untuk pulang saat itu juga. Segalanya berjalan dengan normal selama dalam perjalanan pulang, sampai di dekat rumahku, papa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba dia membuka celananya dan memerintahkanku untuk memegangnya.

Tiba-tiba papa memanggilku dengan nama mamaku. "Nancy, tolong elus kontol gua dong, gua udah lama gak elu isepin!" Tentu saja aku kaget, ternyata selama mabuk, papa menganggapku sebagai mama, karena kemiripan mukaku dengan muka mama. Karena ada dorongan setan, aku mulai memegang dan mengulum kontol papa yang ternyata besar sekali sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam mulutku.

Secara reflek saya mulai memaju-mundurkan kepala saya dan mulai menjilati biji peler papa. Pada saat itu, papa mulai mengelus paha saya, dan akhirnya tangannya melepas celana dalamku. Kemudian jari-jarinya bermain di bibir memekku.

Selama lima menit, papa memainkan memekku, hingga akhirnya cairan hangat mengalir dari memekku, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah beberapa menit kemudian, aku sudah hampir sampai untuk kedua kalinya, tiba-tiba cairan putih keluar dari kontol papa, dan tertelan olehku, dan rasanya gurih sekali. Setelah itu, papa menjadi lemas dan mengeluarkan jarinya dari dalam memekku, sehingga aku merasa nanggung.

Saat itu juga, papa langsung tertidur di dalam mobil, dan karena merasa kesal, aku pulang jalan kaki, yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.

Sampai di persimpangan jalan rumahku, aku bertemu dengan kakak kelasku di SMA yang sudah 2 tahun tidak ketemu, namanya Bang Jhonny (bukan nama sebenarnya) yang terkenal playboy waktu di SMA dulu. Tampang Bang Jhonny sebenarnya biasa-biasa saja, entah kenapa dia bisa menjadi playboy. Kami bersalaman dan dia berusaha memelukku dengan erat, aku berusaha menolaknya, karena tidak ingin Bang Jhonny tahu kalau celana dalamku basah.

Aku berlari ke rumahku, dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan memekku. Sambil mandi, aku mulai masturbasi kembali, karena perasaan nanggung tadi masih ada. Setelah selesai mandi, aku mengenakan daster tanpa celana dalam dan bra karena kebiasaanku setiap tidur. Setelah itu aku tidur tanpa sempat makan malam.

Pada saat aku sedang tidur nyenyak, aku merasakan ada yang sedang berusaha melepaskan tali dasterku. Karena masih capek akibat orgasme yang berulang kali tadi, aku tidak bisa terbangun. Tangan itu menjalar sampai ke payudaraku dan aku merasakan lidah sedang bermain di pentilku.

Tanpa sadar aku mengerang nikmat, dan membayangkan papaku sedang melakukannya. Kemudian bibir itu terus bergerak menuju leherku sampai akhirnya berhenti di bibirku. Aku membalas pagutan bibirnya dan tiba-tiba aku tersadar dan terbangun. Aku mendorong tubuh itu yang ternyata adalah papaku.

Dengan sekuat tenaga papa tetap memaksaku dan semakin liar perlakuannya kepadaku, sehingga dasterku robek, sehingga tubuh indahku terlihat di depan matanya. Dengan paksa dia mengangkangkan kedua kakiku dan mulai menjilati memekku. Aku berusaha menjauhkan kepala papa dari memekku sehingga papa terjengkang dari tempat tidur.

Papa segera bangkit dan menarik tubuhku sambil menampar pipiku dengan keras. Dilucutinya semua pakaiannya sehingga hanya tubuh polosnya yang terlihat. Tanpa basa-basi aku didorongnya kembali ke tempat tidur dan sekarang mencoba untuk memasukkan kontolnya ke lobang kenikmatanku.

Dengan pasrah aku menuruti kemauannya karena menurutku sudah percuma untuk menolak lagi. Dia mulai menggenjot memekku kedepan dan belakang. Karena aku berusaha melawan memekku terasa sangat perih, lagi pula saat itu aku masih perawan dan lubangnya sangat sempit. Tetapi setelah lama kelamaan ternyata aku mulai menikmati permainannya dan mulai menggerakkan pantatku naik turun. Beberapa lama setelah itu kurasa cairanku mendesak memek dan terasa akan keluar.

Dengan segera kupercepat gerakan pantatku dan akhirnya aku berteriak nikmat karena aku mencapai puncak kenikmatan. Beberapa saat kemudian papa membalikkan tubuhku dan mulai mengelus lubang pantatku serta menjilatinya. Aku yang sudah sangat lemas sebenarnya sangat jijik dengan perlakuannya, tetapi seperti sebelumnya aku hanya bisa pasrah. Papa yang sudah sangat bernafsu segera menghujamkan kontol besarnya ke dalam lubang pantatku.

Tanpa sadar ternyata meneteslah darah dari memek dan pantatku bercampur dengan cairan vaginaku. Aku berteriak dengan kerasnya karena rasa sakit luar bisa dari lubang pantatku. Mendengar teriakanku papa semakin nafsu menghujamkan kontolnya berkali-kali sambil menjambak rambutku dengan kerasnya. Papa semakin mempercepat gerankan kasarnya, dan seketika dia mengejang dan berteriak keras, aku merasa cairan sperma papa terus menerus mengalir masuk ke pantatku.

Setelah puas dengan semua prilakunya papa tergeletak lemas disampingku dan aku hanya bisa merenungi nasibku. Hilang sudah keperawananku yang selama ini kujaga dan ternyata harus kurelakan direnggut oleh orang yang sangat ku hormati dan sejak saat itu aku merasa telah berkhianat pada mamaku.

Walaupun setelah perawanku direnggutnya aku semakin sering melakukan hubungan sex dengan papa selama berada di Jakarta. Selain dengan papa, aku juga sering melakukan sex dengan Bang jhonny yang akhirnya menjadi pacarku.

Tapi kini Bang jhonny telah meninggalkanku untuk selama-lamanya karena dia overdosis narkoba. Karena telah sering melakukan hubungan sex, aku menjadi seorang maniak yang selalu butuh sentuhan lelaki.

Bagi siapa saja yang tertarik dengan kisahku atau bisa memberikan solusi padaku silahkan hubungi aku pada alamat emailku.

Kenikmatan Bude Aminah 01


Kisah ini kualami tahun 1992, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga sederhana dan jauh tinggal di kota kecamatan sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Kebetulan ada keluarga di kota yang biasa aku sebut Bude, namanya Bude Aminah. Dengan pertimbangan biaya, akhirnya aku tinggal serumah dengan Bude Aminah sekeluarga. Bude Aminah tinggal bersama suaminya Pakde Toyo, mereka punya anak perempuan yang ikut suaminya di luar kota, sehingga bude dan pakde hanya ditemani pembantunya bernama Mbok Tuminem.

Sebagai anak muda sangat wajar jika nafsu seksku sangat besar menggebu-nggebu. Apalagi dengan postur tubuh saya yang gagah, kekar dan atletis. Dengan tinggi badan 180 cm, berat 70 kg, ditambah wajah yang ganteng menjadi modalku untuk menaklukan wanita. Selama tinggal bersama bude itulah hampir tiap malam aku onani, mengocok batang kemaluanku yang besar dan panjang ini dengan tangan sendiri. Itu disebabkan kesintalan dan kemontokan tubuh Bude Aminah yang membuatku selalu terangsang tiap hari. Tiap malam aku sering mendengar desah nafas dan lenguhan orang bersetubuh, yaitu antara bude dan pakde karena kamar kami bersebelahan saja.

Aku yakin setiap laki-laki manapun akan selalu kepingin merasakan hangatnya tubuh Bude Aminah dan merasakan jepitan kemaluannya dari tubuh sintal dan kencang itu. Walau sudah berumur 45 tahun, tapi bude pintar merawat diri hingga badannya tetap langsing dan ramping padat berisi persis cewek berumur 30 tahunan.

Dengan tinggi badan 170 cm, berat 62 kg, ditunjang kulit kuning cenderung sawo matang bersih, rambut hitam ikal bergelombang besar-besar sebahu, apalagi tonjolan buah dada yang sangat besar ukuran 36C menggantung di dadanya yang lebar, membuat penampilannya menambah daya rangsangku. Perut masih singset dan pinggul besar membulat penuh, berisi daging padat kencang sintal ditambah pantat menonjol mancung ke belakang, penuh gairah orang yang memandangnya. Dengan tubuh seksi itu aku yakin nafsu seks Bude Aminah pasti besar dan meledak-ledak. Jika sedang berjalan, pantatnya bergetar naik turun dan payudaranya yang besar kencang menonjol itu bergoyang kanan-kiri, membuat batang kemaluanku langsung tegang mendesak di celanaku.

Hari itu Bude Aminah bilang, "Tom, nanti ikut makan malam bareng Bude dan Pakde ya, mau to..?"
"Nanti malam itu, ulang tahun perkawinan Bude dan Pakde," timpal budeku sambil senyum genit sekali.
Siang itu bude hanya memakai kaos 'you can see' putih transparan dengan belahan dada sangat rendah serta lubang lengannya begitu lebar tanpa BH lagi, sehingga dari samping dengan jelas terlihat buah dadanya yang besar kencang menonjol ke depan, apalagi bulu ketiaknya hitam lebat. Dipadu dengan rok span pendek sekali, panjangnya hanya sampai di pangkal pantat, sehingga paha membulat besar putih mulus itu 95% jelas terpampang di depan mataku.

"Ya.., iya a.. a.. aku pasti ikut Bude..," celetukku sambil gagap karena terangsang melihat tubuh budeku yang sintal dan padat berisi.
Aku semakin terangsang ketika melihat mencuatnya beberapa rimbunan bulu kemaluan bude yang hitam lebat itu, karena rok spannya yang sangat pendek.

Akhirnya tiba waktu yang kutunggu-tunggu dari siang tadi. Aku sudah siap dengan pakaian rapih ingin ikut makan malam bersama bude dan pakde.
"Mas Tomo makan malamnya sudah siap, silakan Mas, sudah ditunggu Bude Amin di meja makan," kata Mbok Inem pembantunya bude yang umurnya sepantaran dengan Bude Aminah, sekitar empat puluhan.
Walaupun hanya pembantu, tapi Mbok Inem pintar merawat tubuhnya, badannya yang subur mirip dengan penyanyi Waljinah yang montok dan bahenol, aku sempat membayangkan betapa nikmatnya jika penisku dijepit vagina wanita bertubuh sintal dan bahenol seperti penyanyi Waljinah.
"Aduhh.. hemm.. ehh.. nikmatnya mengocokkan penis di vaginanya Bu Waljinah."

Mbok Inem yang bertubuh pendek dengan tinggi badan 155 cm, berat kira-kira 50 kg, memiliki payudara yang lebih besar dari punya Bude Aminah ukuran 38C. Dengan kulit hitam manis menambah seksi badannya.

Aku dengan santai berjalan menuju ruang makan. Betapa kagetnya aku waktu itu, ternyata Bude Aminah hanya memakai kaos berenda besar-besar tanpa BH dan celana dalam, sehingga susu montok dan besar itu jelas terlihat, apalagi rambut kemaluannya yang hitam keriting sangat lebat, mulai dari bawah pusar sampai di vaginanya yang menggunung besar. Apalagi pakde juga hanya pakai kaos singlet dan tanpa celana, sehingga batang kemaluannya yang tidur kelihatan ditumbuhi rambut kemaluan yang jarang.

"Silakan Tom, mari duduk sini..," ajak pakde dan bude hampir bersamaan.
Aku hanya menggangguk menahan perasaan terangsang yang sangat hebat. Aku pun makan agak tersendat-sendat karena mataku terpecah konsentrasinya antara makan dan melirik tonjolan susu besar yang montok dan sintal milik Bude Aminah. Padahal bude hanya senyum-senyum menggodaku, sedangkan pakde sibuk melahap makanan di meja itu. Setelah kuamati, ternyata tangan kiri Bude Aminah sedang mengocok-ngocok batang kemaluan pakde dari bawah meja.

Akhirnya mereka berdiri, setelah kelihatan Pakde Toyo merem melek menahan rangsangan dari bude.
"Tom, aku sama Pakde ke kamar dulu ya, terusin aja makannya..," kata Bude Aminah sambil tangannya masih memegang batang kemaluan Pakde Toyo yang sudah tegang, walau ukurannya lebih kecil dari penisku jika tegang.
"Mau kemana Bude, kok cepet-cepet makannya..?" sahutku berlagak bodoh.
"Ini nih, kontol Pakdemu minta dijepit sama gawuknya Bude yang merekah nikmat ini lho..," sambung Bude Aminah sambil melebarkan kaki kanannya untuk memperlihatkan gundukan cembung vaginanya yang hitam tertutup bulu kemaluan itu.

Keduanya masuk kamar dan menutup pintu. Aku lalu makan dengan tergesa-gesa, karena terburu-buru ingin melihat adegan saling kocok antara bude dan pakdeku. Pintu kamar yang tanpa dikunci itu lalu kubuka sedikit perlahan-lahan. Dengan cahaya lampu yang cukup terang, aku dapat melihat pakde mulai menusuk-nusuk vagina bude yang cembung itu. Karena posisi senggama mereka membelakangiku, maka terlihat batang kemaluan Pakde Toyo yang agak kekecilan mengocok dan menusuk-nusuk vagina bude yang merah merekah, terlihat terlalu longgar buat batang kemaluan Pakde Toyo yang berukuran kecil itu.

Untuk beberapa lama kedua manusia setengah tua itu saling mengocok, menggenjot dan berdekapan erat menahan nikmatnya kocokan pada kemaluannya masing-masing. Baru 15 menit, Pakde Toyo kelihatan sudah bergetar menahan laju sperma yang akan segera muncrat keluar. Padahal Bude Aminah belum apa-apa, dan kelihatan kecewa karena hanya sebentar penis itu menusuk vaginanya. Akhirnya tiba saatnya tubuh Pakde Toyo mengejang hebat dan berteriak-teriak.
"Ahh.. oohh.. enakk sekali.. Jeng.., ougghh.., aahh.. heemm..!" desah Pakde Toyo.
"Crot.., cret.. cret.. serr..!" sperma Pakde Toyo keluar membanjiri rongga vagina Bude Aminah yang merekah itu jadi basah oleh cairan sperma Pakde Toyo yang cukup banyak.

Aku lalu beranjak pergi ke kamar sambil menahan tegangnya penis di balik celana yang makin sesak saja. Dari kejauhan terdengar pembicaraan antara Pakde Toyo dengan Bude Aminah, seperti akan pamitan mau pergi ke luar kota. Pakde Toyo yang seorang konsultan kadang-kadang harus berhari-hari tinggal di luar kota karena tuntutan pekerjaannya sebagai konsultan.
"Wah, malam ini Pakde mau pergi ke luar kota, jadi aku bisa mengocok Bude nih..," gumanku dalam hati.

"Tom, Pakde pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik selama aku pergi..!" teriak Pakde Toyo dari balik pintu kamarku.
"Iya Pakde, jangan khawatir deh..!" sahutku cepat.
"Tom.., Tom.., Tom sini sayang, temenin Bude..!" teriak Bude Aminah dari kamarnya.
"Cepat Tom, aku sudah nggak tahan nih..!" rengek Bude Aminah.
Lalu dengan tergesa-gesa aku berlari menuju ke arah kamar budenya.

Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya. Aku melihat Bude Aminah berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh bongsor bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Bude Aminah tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan.

"Aahh.., hhmm..," desah Bude Aminah, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya.
Bude Aminah terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Bude Aminah langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluan yang begitu disukainya itu.
"Oohh.., Bude.., oohh.." kini desahan Tomo terdengar menimpali desahan Bude Aminah.
Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Bude Aminah yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya.

Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Bude Aminah yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Bude Aminah mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Bude Aminah yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Bude Aminah semakin tampak terengah-engah merasakannya.

"Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Tomo.., oohh..!" kini terdengar Bude Aminah setengah berteriak.
Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Bude Aminah yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Bude Aminah yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Bude Aminah menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.

Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Bude Aminah, sementara itu Bude Aminah menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, kira-kira ukuran panjang 22 cm diameter 4,5 cm, membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.

Dibanding milik Pakde Toyo, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis Pakde Toyo tidak lebih dari setengah ukuran penisku. Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku.

Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain. Bude Aminah kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Bude Aminah menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan "Sreepp bleess", penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.

"Ooo.., ehh..," teriak Bude Aminah histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku.
Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Bude Aminah yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya.

"Aahh.., Buudee.., enaakk..!" balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bude Aminah yang mulai turun naik di atas pinggangku.
Mataku hanya menatap tubuh Bude Aminah dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Bude Aminah sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku.
"Ohh Tomo.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Bude suka kamu Sayang oohh.., enaknya Tom.., kontol kamu enaakk..!" desah Bude Aminah sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja.

Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Budeku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat.
"Aauu.., oohh vagina Bude juga nikmat, ooh lezatnya oohh Bude, oohh goyang terus Bude..!"
"Sini tanganmu Sayang, remas susu Bude..!" tangan Bude Aminah menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami.
Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Bude Aminah semakin histeris.
"Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Bude Tom.., oohh.., nikmat.., oohh Tomo.."
"Ohh Bude Aminah.., oohh Bude enaknya, goyang terus Bude, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Bude oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Bude oohh..!" teriakku mengiringinya.

Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bude Aminah benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Bude Aminah sambil meremasi payudara Bude Aminah bergiliran satu per satu.

Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Bude Aminah sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Bude Aminah berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
"Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Tomo.., oohh..!" teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya.
Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Bude Aminah dan memenuhi rongga vaginanya.

Sesaat aku merasakan vagina Bude Aminah menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairan kental dalam liang kemaluan Bude Aminah. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bude Aminah yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya.
"Ooohh Tom, Bude nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?" pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.
"Baiklah Bude," sahutku pendek.
Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Bude Aminah dengan mesra.

Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Bude Aminah yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Bude Aminah yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Bude Aminah. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Bude Aminah. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi.

Kemudian beberapa saat berlalu, Bude Aminah menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Bude Aminah meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Bude kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Bude Aminah. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Bude Aminah mulai bangkit kembali.

"Hmm.., Tomo, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Bude puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benar hebat kamu Tom..," puji Bude Aminah padaku.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bude, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Bude juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Bude yang semakin sintal dan montok.."
"Ah kamu bisa aja, Tom. Masa sih Bude montok, yang bener aja kamu..,"
"Bener lho, Bude. Saya begitu senang sama Bude belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Bude berikan semakin hari semakin hebat saja."
"Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Bude seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Bude jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..," kata Bude Aminah sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.

Bersambung ke bagian 02


Kisah ini kualami tahun 1992, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga sederhana dan jauh tinggal di kota kecamatan sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Kebetulan ada keluarga di kota yang biasa aku sebut Bude, namanya Bude Aminah. Dengan pertimbangan biaya, akhirnya aku tinggal serumah dengan Bude Aminah sekeluarga. Bude Aminah tinggal bersama suaminya Pakde Toyo, mereka punya anak perempuan yang ikut suaminya di luar kota, sehingga bude dan pakde hanya ditemani pembantunya bernama Mbok Tuminem.

Sebagai anak muda sangat wajar jika nafsu seksku sangat besar menggebu-nggebu. Apalagi dengan postur tubuh saya yang gagah, kekar dan atletis. Dengan tinggi badan 180 cm, berat 70 kg, ditambah wajah yang ganteng menjadi modalku untuk menaklukan wanita. Selama tinggal bersama bude itulah hampir tiap malam aku onani, mengocok batang kemaluanku yang besar dan panjang ini dengan tangan sendiri. Itu disebabkan kesintalan dan kemontokan tubuh Bude Aminah yang membuatku selalu terangsang tiap hari. Tiap malam aku sering mendengar desah nafas dan lenguhan orang bersetubuh, yaitu antara bude dan pakde karena kamar kami bersebelahan saja.

Aku yakin setiap laki-laki manapun akan selalu kepingin merasakan hangatnya tubuh Bude Aminah dan merasakan jepitan kemaluannya dari tubuh sintal dan kencang itu. Walau sudah berumur 45 tahun, tapi bude pintar merawat diri hingga badannya tetap langsing dan ramping padat berisi persis cewek berumur 30 tahunan.

Dengan tinggi badan 170 cm, berat 62 kg, ditunjang kulit kuning cenderung sawo matang bersih, rambut hitam ikal bergelombang besar-besar sebahu, apalagi tonjolan buah dada yang sangat besar ukuran 36C menggantung di dadanya yang lebar, membuat penampilannya menambah daya rangsangku. Perut masih singset dan pinggul besar membulat penuh, berisi daging padat kencang sintal ditambah pantat menonjol mancung ke belakang, penuh gairah orang yang memandangnya. Dengan tubuh seksi itu aku yakin nafsu seks Bude Aminah pasti besar dan meledak-ledak. Jika sedang berjalan, pantatnya bergetar naik turun dan payudaranya yang besar kencang menonjol itu bergoyang kanan-kiri, membuat batang kemaluanku langsung tegang mendesak di celanaku.

Hari itu Bude Aminah bilang, "Tom, nanti ikut makan malam bareng Bude dan Pakde ya, mau to..?"
"Nanti malam itu, ulang tahun perkawinan Bude dan Pakde," timpal budeku sambil senyum genit sekali.
Siang itu bude hanya memakai kaos 'you can see' putih transparan dengan belahan dada sangat rendah serta lubang lengannya begitu lebar tanpa BH lagi, sehingga dari samping dengan jelas terlihat buah dadanya yang besar kencang menonjol ke depan, apalagi bulu ketiaknya hitam lebat. Dipadu dengan rok span pendek sekali, panjangnya hanya sampai di pangkal pantat, sehingga paha membulat besar putih mulus itu 95% jelas terpampang di depan mataku.

"Ya.., iya a.. a.. aku pasti ikut Bude..," celetukku sambil gagap karena terangsang melihat tubuh budeku yang sintal dan padat berisi.
Aku semakin terangsang ketika melihat mencuatnya beberapa rimbunan bulu kemaluan bude yang hitam lebat itu, karena rok spannya yang sangat pendek.

Akhirnya tiba waktu yang kutunggu-tunggu dari siang tadi. Aku sudah siap dengan pakaian rapih ingin ikut makan malam bersama bude dan pakde.
"Mas Tomo makan malamnya sudah siap, silakan Mas, sudah ditunggu Bude Amin di meja makan," kata Mbok Inem pembantunya bude yang umurnya sepantaran dengan Bude Aminah, sekitar empat puluhan.
Walaupun hanya pembantu, tapi Mbok Inem pintar merawat tubuhnya, badannya yang subur mirip dengan penyanyi Waljinah yang montok dan bahenol, aku sempat membayangkan betapa nikmatnya jika penisku dijepit vagina wanita bertubuh sintal dan bahenol seperti penyanyi Waljinah.
"Aduhh.. hemm.. ehh.. nikmatnya mengocokkan penis di vaginanya Bu Waljinah."

Mbok Inem yang bertubuh pendek dengan tinggi badan 155 cm, berat kira-kira 50 kg, memiliki payudara yang lebih besar dari punya Bude Aminah ukuran 38C. Dengan kulit hitam manis menambah seksi badannya.

Aku dengan santai berjalan menuju ruang makan. Betapa kagetnya aku waktu itu, ternyata Bude Aminah hanya memakai kaos berenda besar-besar tanpa BH dan celana dalam, sehingga susu montok dan besar itu jelas terlihat, apalagi rambut kemaluannya yang hitam keriting sangat lebat, mulai dari bawah pusar sampai di vaginanya yang menggunung besar. Apalagi pakde juga hanya pakai kaos singlet dan tanpa celana, sehingga batang kemaluannya yang tidur kelihatan ditumbuhi rambut kemaluan yang jarang.

"Silakan Tom, mari duduk sini..," ajak pakde dan bude hampir bersamaan.
Aku hanya menggangguk menahan perasaan terangsang yang sangat hebat. Aku pun makan agak tersendat-sendat karena mataku terpecah konsentrasinya antara makan dan melirik tonjolan susu besar yang montok dan sintal milik Bude Aminah. Padahal bude hanya senyum-senyum menggodaku, sedangkan pakde sibuk melahap makanan di meja itu. Setelah kuamati, ternyata tangan kiri Bude Aminah sedang mengocok-ngocok batang kemaluan pakde dari bawah meja.

Akhirnya mereka berdiri, setelah kelihatan Pakde Toyo merem melek menahan rangsangan dari bude.
"Tom, aku sama Pakde ke kamar dulu ya, terusin aja makannya..," kata Bude Aminah sambil tangannya masih memegang batang kemaluan Pakde Toyo yang sudah tegang, walau ukurannya lebih kecil dari penisku jika tegang.
"Mau kemana Bude, kok cepet-cepet makannya..?" sahutku berlagak bodoh.
"Ini nih, kontol Pakdemu minta dijepit sama gawuknya Bude yang merekah nikmat ini lho..," sambung Bude Aminah sambil melebarkan kaki kanannya untuk memperlihatkan gundukan cembung vaginanya yang hitam tertutup bulu kemaluan itu.

Keduanya masuk kamar dan menutup pintu. Aku lalu makan dengan tergesa-gesa, karena terburu-buru ingin melihat adegan saling kocok antara bude dan pakdeku. Pintu kamar yang tanpa dikunci itu lalu kubuka sedikit perlahan-lahan. Dengan cahaya lampu yang cukup terang, aku dapat melihat pakde mulai menusuk-nusuk vagina bude yang cembung itu. Karena posisi senggama mereka membelakangiku, maka terlihat batang kemaluan Pakde Toyo yang agak kekecilan mengocok dan menusuk-nusuk vagina bude yang merah merekah, terlihat terlalu longgar buat batang kemaluan Pakde Toyo yang berukuran kecil itu.

Untuk beberapa lama kedua manusia setengah tua itu saling mengocok, menggenjot dan berdekapan erat menahan nikmatnya kocokan pada kemaluannya masing-masing. Baru 15 menit, Pakde Toyo kelihatan sudah bergetar menahan laju sperma yang akan segera muncrat keluar. Padahal Bude Aminah belum apa-apa, dan kelihatan kecewa karena hanya sebentar penis itu menusuk vaginanya. Akhirnya tiba saatnya tubuh Pakde Toyo mengejang hebat dan berteriak-teriak.
"Ahh.. oohh.. enakk sekali.. Jeng.., ougghh.., aahh.. heemm..!" desah Pakde Toyo.
"Crot.., cret.. cret.. serr..!" sperma Pakde Toyo keluar membanjiri rongga vagina Bude Aminah yang merekah itu jadi basah oleh cairan sperma Pakde Toyo yang cukup banyak.

Aku lalu beranjak pergi ke kamar sambil menahan tegangnya penis di balik celana yang makin sesak saja. Dari kejauhan terdengar pembicaraan antara Pakde Toyo dengan Bude Aminah, seperti akan pamitan mau pergi ke luar kota. Pakde Toyo yang seorang konsultan kadang-kadang harus berhari-hari tinggal di luar kota karena tuntutan pekerjaannya sebagai konsultan.
"Wah, malam ini Pakde mau pergi ke luar kota, jadi aku bisa mengocok Bude nih..," gumanku dalam hati.

"Tom, Pakde pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik selama aku pergi..!" teriak Pakde Toyo dari balik pintu kamarku.
"Iya Pakde, jangan khawatir deh..!" sahutku cepat.
"Tom.., Tom.., Tom sini sayang, temenin Bude..!" teriak Bude Aminah dari kamarnya.
"Cepat Tom, aku sudah nggak tahan nih..!" rengek Bude Aminah.
Lalu dengan tergesa-gesa aku berlari menuju ke arah kamar budenya.

Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya. Aku melihat Bude Aminah berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh bongsor bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Bude Aminah tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan.

"Aahh.., hhmm..," desah Bude Aminah, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya.
Bude Aminah terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Bude Aminah langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluan yang begitu disukainya itu.
"Oohh.., Bude.., oohh.." kini desahan Tomo terdengar menimpali desahan Bude Aminah.
Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Bude Aminah yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya.

Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Bude Aminah yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Bude Aminah mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Bude Aminah yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Bude Aminah semakin tampak terengah-engah merasakannya.

"Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Tomo.., oohh..!" kini terdengar Bude Aminah setengah berteriak.
Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Bude Aminah yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Bude Aminah yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Bude Aminah menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.

Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Bude Aminah, sementara itu Bude Aminah menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, kira-kira ukuran panjang 22 cm diameter 4,5 cm, membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.

Dibanding milik Pakde Toyo, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis Pakde Toyo tidak lebih dari setengah ukuran penisku. Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku.

Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain. Bude Aminah kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Bude Aminah menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan "Sreepp bleess", penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.

"Ooo.., ehh..," teriak Bude Aminah histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku.
Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Bude Aminah yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya.

"Aahh.., Buudee.., enaakk..!" balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bude Aminah yang mulai turun naik di atas pinggangku.
Mataku hanya menatap tubuh Bude Aminah dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Bude Aminah sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku.
"Ohh Tomo.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Bude suka kamu Sayang oohh.., enaknya Tom.., kontol kamu enaakk..!" desah Bude Aminah sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja.

Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Budeku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat.
"Aauu.., oohh vagina Bude juga nikmat, ooh lezatnya oohh Bude, oohh goyang terus Bude..!"
"Sini tanganmu Sayang, remas susu Bude..!" tangan Bude Aminah menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami.
Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Bude Aminah semakin histeris.
"Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Bude Tom.., oohh.., nikmat.., oohh Tomo.."
"Ohh Bude Aminah.., oohh Bude enaknya, goyang terus Bude, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Bude oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Bude oohh..!" teriakku mengiringinya.

Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bude Aminah benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Bude Aminah sambil meremasi payudara Bude Aminah bergiliran satu per satu.

Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Bude Aminah sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Bude Aminah berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
"Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Tomo.., oohh..!" teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya.
Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Bude Aminah dan memenuhi rongga vaginanya.

Sesaat aku merasakan vagina Bude Aminah menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairan kental dalam liang kemaluan Bude Aminah. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bude Aminah yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya.
"Ooohh Tom, Bude nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?" pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.
"Baiklah Bude," sahutku pendek.
Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Bude Aminah dengan mesra.

Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Bude Aminah yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Bude Aminah yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Bude Aminah. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Bude Aminah. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi.

Kemudian beberapa saat berlalu, Bude Aminah menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Bude Aminah meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Bude kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Bude Aminah. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Bude Aminah mulai bangkit kembali.

"Hmm.., Tomo, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Bude puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benar hebat kamu Tom..," puji Bude Aminah padaku.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bude, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Bude juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Bude yang semakin sintal dan montok.."
"Ah kamu bisa aja, Tom. Masa sih Bude montok, yang bener aja kamu..,"
"Bener lho, Bude. Saya begitu senang sama Bude belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Bude berikan semakin hari semakin hebat saja."
"Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Bude seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Bude jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..," kata Bude Aminah sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.

Bersambung ke bagian 02

Kenikmatan Bude Aminah 02


Sambungan dari bagian 01

Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Bude Aminah yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindih tubuh Bude Aminah yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Bude Aminah sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.

Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Bude Aminah lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Bude Aminah sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yang beradu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Bude Aminah setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Bude Aminah.

Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Bude Aminah menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Bude Aminah. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bude Aminah kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan kami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Bude Aminah mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku.

"Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Tomo.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Bude ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Bude.., oohh Sayang oohh," desah Bude Aminah bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku.

Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Bude Aminah selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bude Aminah untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Bude Aminah berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.

"Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Bude ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!" jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
"Oohh Bu.., enaak oohh vagina Bude nikmat jepitannya, oohh..!" balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Bude Aminah.
Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Bude Aminah telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.

"Aawww.., gelii.., Tomo stop dulu, Bude istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Tom, kok bisa kayak gini yah..?"
"Habiis Bude sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?"
"Nggak tahu ya Tom, Bude kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Bude benar-benar mabuk kepayang..," kata Bude Aminah sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan.
"Sabar Bude, saya bangkitkan lagi deh..!" seruku sekenanya.
"Baiklah Tom, Bude juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Bude, biar adil kan..? Sini Bude karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..," lanjut Bude Aminah sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya.

Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Bude Aminah dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bude Aminah yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Bude Aminah yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk.

Sesekali Bude Aminah menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli.
"Auuwww.., nikmat Bude, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!"
"Mm.., mm..," Bude Aminah hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku.

Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Bude Aminah memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bude Aminah jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkan gadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.

Setiap kali aku melakukan senggama dengan Bude Aminah, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Bude Aminah sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Bude Aminah, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku.

Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Bude Aminah. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Bude Aminah kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Bude Aminah yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.

Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Bude Aminah.

Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bude Aminah yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"Aahh.., nikmat Tom, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!" teriak Bude Aminah sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku.
Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Bude Aminah menggapai puncak dua kali itu.
"Oohh.., Bude.., vagina Bude juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Bude oohh, Bude Aminah, oohh Bude cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..," oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Bude Aminah yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami.

Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bude Aminah duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar, sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Bude Aminah yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Bude Aminah.

"Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Tomo Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Bude ngak mau berhenti sama kamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!"
"Ohh Bude Aminah, Bude juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Bude, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Bude, ooh Bude Aminah.., goyang Bude juga nikmat sekali, ooh meski Bude sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Bude, oohh susu bude juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Bude..," balasku memuji Bude Aminah.

Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedang kami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bude Aminah, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Bude Aminah menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bude Aminah. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku.

"Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Tom.. mo Syang.., genjoot.., Bude mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!" jeritan keras Bude Aminah yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi.
Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.

Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Bude Aminah untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Bude Aminah sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Bude Aminah.

"Ooh Bude, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Bude Aminah sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Bude njepit.., enaak..!" teriakku diambang puncak kenikmatannya.
Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Bude Aminah terasa semakin sempit dan nikmat. Bude Aminah pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.

"Oohh.., aahh.., Bude keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Tomoo..!" teriak Bude Aminah mengakhiri permainannya, disaat bersamaan aku juga mengalami hal yang sama.
Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Bude Aminah dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya.
"Aahh.., saya keluaarr juga Bude Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Bude.., oohh.., lezaat.., oohh Bude Aminah sayaanng.., oohh Bude Aminah.., enaak..!" jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bude Aminah.

Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.

"Tomo sayang..!" panggil Bude Aminah.
"Ya, Bude..?"
"Kamu mau kan terus main sama Bude..?"
"Maksud Bude..?"
"Maksud Bude, kamu mau kan terus kencan gini sama Bude..?"
"Oh itu, yah jelas dong Bude, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Bude," jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Bude Aminah.

"Bude pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Bude selain kamu. Pakde Toyo nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya Bude juga pernah pacaran sama pegawai bawahan Pakde Toyo, tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar."
"Yah saya maklum saja Bude, tapi Bude jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Bude, saya juga senang kok main sama Bude. Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Bude deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Bude juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..," kataku sambil memilin puting susunya.
"Auuw.., Tomo..! Gelii aahh.., Bude udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!" jerit Bude Aminah merasakan geli saat aku memilin puting susunya.

Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami.

TAMAT


Sambungan dari bagian 01

Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Bude Aminah yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindih tubuh Bude Aminah yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Bude Aminah sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.

Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Bude Aminah lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Bude Aminah sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yang beradu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Bude Aminah setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Bude Aminah.

Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Bude Aminah menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Bude Aminah. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bude Aminah kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan kami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Bude Aminah mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku.

"Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Tomo.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Bude ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Bude.., oohh Sayang oohh," desah Bude Aminah bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku.

Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Bude Aminah selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bude Aminah untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Bude Aminah berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.

"Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Bude ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!" jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
"Oohh Bu.., enaak oohh vagina Bude nikmat jepitannya, oohh..!" balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Bude Aminah.
Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Bude Aminah telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.

"Aawww.., gelii.., Tomo stop dulu, Bude istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Tom, kok bisa kayak gini yah..?"
"Habiis Bude sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?"
"Nggak tahu ya Tom, Bude kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Bude benar-benar mabuk kepayang..," kata Bude Aminah sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan.
"Sabar Bude, saya bangkitkan lagi deh..!" seruku sekenanya.
"Baiklah Tom, Bude juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Bude, biar adil kan..? Sini Bude karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..," lanjut Bude Aminah sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya.

Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Bude Aminah dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bude Aminah yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Bude Aminah yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk.

Sesekali Bude Aminah menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli.
"Auuwww.., nikmat Bude, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!"
"Mm.., mm..," Bude Aminah hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku.

Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Bude Aminah memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bude Aminah jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkan gadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.

Setiap kali aku melakukan senggama dengan Bude Aminah, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Bude Aminah sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Bude Aminah, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku.

Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Bude Aminah. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Bude Aminah kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Bude Aminah yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.

Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Bude Aminah.

Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bude Aminah yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"Aahh.., nikmat Tom, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!" teriak Bude Aminah sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku.
Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Bude Aminah menggapai puncak dua kali itu.
"Oohh.., Bude.., vagina Bude juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Bude oohh, Bude Aminah, oohh Bude cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..," oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Bude Aminah yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami.

Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bude Aminah duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar, sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Bude Aminah yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Bude Aminah.

"Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Tomo Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Bude ngak mau berhenti sama kamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!"
"Ohh Bude Aminah, Bude juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Bude, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Bude, ooh Bude Aminah.., goyang Bude juga nikmat sekali, ooh meski Bude sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Bude, oohh susu bude juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Bude..," balasku memuji Bude Aminah.

Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedang kami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bude Aminah, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Bude Aminah menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bude Aminah. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku.

"Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Tom.. mo Syang.., genjoot.., Bude mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!" jeritan keras Bude Aminah yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi.
Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.

Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Bude Aminah untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Bude Aminah sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Bude Aminah.

"Ooh Bude, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Bude Aminah sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Bude njepit.., enaak..!" teriakku diambang puncak kenikmatannya.
Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Bude Aminah terasa semakin sempit dan nikmat. Bude Aminah pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.

"Oohh.., aahh.., Bude keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Tomoo..!" teriak Bude Aminah mengakhiri permainannya, disaat bersamaan aku juga mengalami hal yang sama.
Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Bude Aminah dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya.
"Aahh.., saya keluaarr juga Bude Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Bude.., oohh.., lezaat.., oohh Bude Aminah sayaanng.., oohh Bude Aminah.., enaak..!" jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bude Aminah.

Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.

"Tomo sayang..!" panggil Bude Aminah.
"Ya, Bude..?"
"Kamu mau kan terus main sama Bude..?"
"Maksud Bude..?"
"Maksud Bude, kamu mau kan terus kencan gini sama Bude..?"
"Oh itu, yah jelas dong Bude, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Bude," jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Bude Aminah.

"Bude pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Bude selain kamu. Pakde Toyo nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya Bude juga pernah pacaran sama pegawai bawahan Pakde Toyo, tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar."
"Yah saya maklum saja Bude, tapi Bude jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Bude, saya juga senang kok main sama Bude. Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Bude deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Bude juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..," kataku sambil memilin puting susunya.
"Auuw.., Tomo..! Gelii aahh.., Bude udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!" jerit Bude Aminah merasakan geli saat aku memilin puting susunya.

Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami.

TAMAT

Keluarga Binal


Nama saya Roy W, ciri-ciri saya adalah sebagai berikut: berbadan kecil, wajah tidak menarik dengan kacamata serta penakut, tapi saya jago gambar bahkan juara di sekolah saya. Ini adalah pengalaman nyata saya, nama dan tempat sudah saya samarkan.

Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun lalu di SMA saya di kota tempat tinggal saya waktu itu. Waktu itu saya mempunyai pacar bernama.., anggap saja Novita namanya. Ternyata SMU itu benar-benar gila, terutama mengani hal yang akan saya beberkan nantinya dan juga ternyata Novita mempunyai ayah yang juga gila. Maka, teman-teman bacalah cerita berikut di bawah ini untuk mengetahui kenyataan yang gila ini di kota kelahiran saya.

Kisah ini dimulai ketika saya masih kelas 1 SMU di SMU XX(edited). Saya melihat Novita ini pertama kali di sekolahnya, dan saya rasa memang saya telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Yah.., memang kami berlainan sekolah tetapi kami berumur sama.

Singkat cerita, akhirnya kami jadian karena memang sama-sama suka. Tapi kira-kira setelah sekitar 3 minggu kami jadian, terjadilah peristiwa itu. Waktu itu saya menjemputnya di sekolahnya karena dia ada kegiatan sore. Saat itu hujan deras sekali, lalu sewaktu kami berjalan menyusuri lorong sekolah tersebut, sayup-sayup nyaris tidak terdengar kami berdua mendengar desahan-desahan nikmat dari ruang BP.

Kami langsung saja memberanikan diri untuk mengintip apa gerangan yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Dan kami berdua sangat kaget, karena ternyata Pak Yono (sebut saja) dan Bu Ninik, guru BP di sekolahnya Novita tersebut sedang pesta seks di ruangan sempit nan pengap tersebut, dan tidak menyadari adanya 2 makhluk muda belia ini yang mengintip.

Tapi mendadak saya merasakan seseorang memukul kepala saya sehingga saya merasakan pening yang amat sangat di kepala dan terjatuh pingsan. Ketika bangun saya sedang duduk di kursi ruangan BP tersebut dalam keadaan terikat. Dan sungguh setengah mati, saya tidak dapat mempercayai pemandangan yang tersaji di hadapan saya waktu itu.

Saya melihat Pak Yono sedang asyiknya menjilati klitoris pacar saya Novi, Bu Ninik sedang memilin-milin puting Novi dan Pak Eko sedang 'mengerjai' lubang anus Pak Yono dari belakang. Pak Yono pun menjerit keenakan. Bu Ninik juga ikut mendesah-desah sendiri sambil terus memilin puting Novi, sedangkan Novi sendiri menangis sejadi-jadinya, tapi saya dapat melihat bahwa sebenarnya dia sendiri pun menikmati permainan gila tersebut. Bahkan yang lebih gila lagi, saya sendiri pun semakin lama semakin menikmati sensasi yang diciptakan oleh permainan mereka.

Lalu Bu Ninik mendekati saya dan langsung melepaskan celana saya dan membebaskan kemaluan saya yang langsung mengacung tegak melawan gravitasi dan mulai memaju-mundurkan kepalanya mengulum penis saya. Saya pun menggelinjang keenakan sambil berteriak. Hingga akhirnya, "Crutt.. crott.. croot..!" saya pun menyemburkan sperma saya di wajah Bu Ninik.

Oya, sebagai informasi saja, batang kemaluan saya berukuran 6 cm ketika ereksi, memang tidak termasuk besar sih, tapi paling tidak masih dapat ejakulasi.

Lalu saya melihat ke arah Pak Yono dan Pak Eko, dan ternyata mereka masih melanjutkan aksi mereka sampai akhirnya Pak Yono pun terkulai lemas keenakan. Waktu itu Pak Eko mengeluarkan spermanya di mulut Pak Yono. Saya sendiri heran, padahal penampilan Pak Yono ini benar-benar sangar, dengan kumis yang subur dan tampang killer, tapi ternyata dia dapat menikmati adanya kemaluan pria lainnya di lubang anusnya.

Akhirnya kami diperbolehkan pulang setelah diancam bahwa mereka akan mengeluarkan Novi dari sekolah dan akan membunuh saya apabila kami membocorkan hal yang barusan terjadi kepada orangtua kami. Saya sebenarnya memang takut dan tidak berani melawan, karena saya memang tergolong orang yang penakut.

Kami pulang dengan perasaan yang kacau dan tidak karuan, Novi masih terus-terusan menangis sambil memegangi kelaminnya yang mungkin masih perih sehabis dijilati Pak Yono. Saya pun memutuskan untuk tidak meninggalkan Novi karena memang saya sangat mencintainya dan saya tidak ingin membuatnya lebih sedih lagi dengan kepergian saya dari sisinya.

Kira-kira 2 bulan setelah hal itu, saya main ke rumah Novi waktu malam Minggu untuk memberikan hadiah valentine. Ketika sampai di depan rumahnya yang terletak di pinggir jalan besar, saya memencet bel pintu berkali-kali, tapi anehnya tetap saja tidak ada yang membukakan. Akhirnya saya nekat meloncat pagar dan masuk ke dalam rumah lewat garasi dan masuk ke ruang utama. Tidak ada seorang pun di sana.

Lalu saya samar-samar mendengar teriakan-teriakan kecil yang tertahan dari kamar utama. Dan betapa kagetnya saya ketika melihat bahwa ayah kandung Novi sendiri yang bernama Pak Subi masih menjilati vagina Novi sambil meremas-remas susu mungilnya itu. Saya ingin melabrak mereka tapi saya tahan karena disamping rasa penakut saya yang amat sangat ini, saya sebenarnya juga ingin terus melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.

Sambil menelan ludah, saya melihat ayahnya menjilati klitoris mungilnya yang berwarna merah darah itu dengan sangat ganasnya.
Novi kelihatan sungguh-sungguh menikmatinya, karena dia berteriak-teriak, "Aach.. ahh.! Pahh..! Terus Pahh..! Jilat terus Pahh, ahh.. uhh.. ahh..! Aduh.. enakk.. enakk.. Novi.. ampiirr.. keke.. kekeeluarr.. Aahh..!"
Lalu Om Subi membalik tubuh novi menjadi posisi doggy style dan merenggangkan paha Novi sehingga saya pun dapat melihat dengan jelas tampak dalam vagina Novi yang sangat menggiurkan itu.

Karena mungkin sudah tidak tahan, Om Subi langsung menyogok vagina Novi dengan sangat kerasnya sehingga Novi pun berteriak menahan sakitt, "Ahh..! Sakitt.. Pahh..!"
Om Subi tidak memperdulikan teriakan anak gadisnya dan terus memompa batang kemaluannya ke dalam vagina Novi secara teratur dan mengeluarkan erangan-erangan tertahan.
"Ahh.. ahh.. ahh.. enak Vii.. tempikmu sungguh enak..! Lebih enak.. daripada Mamimu waktu perawan."

Dia lalu berganti posisi lagi menjadi posisi 'climbing a tree', dan memompa Novi dari bawah sambil memeluk tubuh mungil Novi dengan kencang, lalu akhirnya mereka berganti posisi lagi menjadi gaya 69 dan dia menjilati vagina Novi lagi.. dan lagi. Novi sendiri pun menikmati sensasi tersebut dan mulai mengulum batang kemaluan ayahnya.

Hingga akhirnya Om Subi pun tidak dapat menahan dorongan dari dalam batang penisnya dan berteriak, "Aahh.. akuu keluarr.. nikkmaatt.. sekallii.. ahh..!"
Novi pun tampak kaget, tapi karena kepalanya terus ditekan oleh ayahnya, maka mau tidak mau dia harus meminumnya sampai habis.
Novi hanya berkata, "Gurih Pah.., aku juga udah keluar ya..?"
Om Subi menjawab, "Iya Nov, punyamu juga gurih banget."
Lalu mereka tertidur bersama, mungkin karena kelelahan.

Ketika saya ingin berbalik dan bermaksud meninggalkan tempat ini dengan perasaan sangat bingung, ternyata saya baru sadar bahwa sudah dari tadi Mamanya Novi mengawasi dari sofa di belakang saya tanpa sepengatauan saya.
Dia berkata, "Ryo, bagus ya pertunjukkannya..?"
Saya pun termenung tanpa dapat menjawab karena sangat ketakutan.

Tapi tanpa diduga, ternyata dia mendekat lalu melepas celana saya dan mulai mengulum batang kemaluan saya. Terang saja saya yang sudah dari tadi menahan nafsu karena pertunjukkan ayah dan anak tersebut sangat menikmati kulumannya.
Saya pun mendesah tidak karuan, "Ahh.. ahh.. Taan.. Tee.. enaakk.. bangett.. sih.. kuluman.. nyyaa.. ahh..!"
Dan dia pun malah mempercepat frekuensi kulumannya sambil membuka bajunya sendiri satu-persatu.

Lalu saya diajaknya ke ruang kerja yang terletak di depan dengan alasan agar tidak membangunkan Om Subi dan Novi. Saya pun menurut seperti dihipnotis dan mengikutinya dari belakang. Lalu di sana dia langsung mengocok-kocok batang kemaluan saya sambil membimbing tangan saya yang satu lagi untuk dimasukkan ke lubang senggamanya. Maka saya pun mulai mengocok liang senggamanya yang sudah sangat becek itu keluar masuk.
Dia pun menggelinjang-gelinjang tidak karuan dan berteriak-teriak kecil takut kedengaran, "Ahh.. achh.. enak.. Ryo.. enakk.. teruuss..! Lebih cepet..!"

Saya pun mempercepat temponya dan dia mempercepat tempo kocokannya pada batang penis saya dan meremasnya keras-keras. Akhirnya dia bilang sudah tidak tahan dan minta agar batang kemaluan saya dimasukkan saja, padahal saya sendiri pun malah sudah hampir keluar. Dia pun membimbing penis saya dan diarahkan ke lubang senggamanya. Masuknya kemaluan saya ke lubang senggamanya diiringi dengan teriakan kami berdua.

Saya tidak dapat menggambarkan situasinya waktu itu, yang pasti vaginanya memang sudah lebar dan sangat-sangat basah. Tapi saya cuek saja karena saya pikir kapan lagi saya dapat mempunyai kesempatan seperti sekarang ini, yang penting kan sudah ngerasain begituan.

Akhirnya saya keluar duluan di dalam, karena saya memang sudah tidak kuat. Karena Tante belum puas, dia meminta saya untuk menjilati vaginanya itu. Maka saya turuti saja menjilati vagina Tante sampai dia kejang-kejang kenikmatan karena sudah puas, walaupun banyak putih-putih di dalamnya dan berbau busuk yang saya sendiri tidak tahu itu apa sampai sekarang.

Setelah itu saya disuruh pulang oleh Tante karena hari sudah mulai malam. Saya pulang dengan perasaan yang bahkan lebih kacau daripada pengalaman saya sebelumnya dengan guru-guru BP itu. Akhirnya saya pun memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Novi dan kerabat-kerabatnya lagi karena mereka benar-benar keluarga gila.

Saya sekarang sudah di SMU kelas 3, dan kabar terakhir yang saya dengar dari teman saya di sekolahnya Novi ternyata sampai sekarang Novi dan guru-guru BP tersebut masih sering melanjutkan aksi gila mereka. Dan yang lebih gila lagi, Om Subi pun ikut-ikutan juga. Kalau mengenai Mamanya Novi, dia sekarang jarang pulang rumah dan hunting gigolo-gigolo muda di Jakarta.

Saya hanya dapat mendesah karena kecewa dengan mereka, saya harap mereka dapat bertobat. Ingin rasanya melaporkan perbuatan bejat guru-guru BP tersebut dan juga Om Subi pada yang berwajib. Tapi apa daya, saya sendiri benar-benar penakut, bahkan sampai sekarang pun masih sangat penakut. Biarlah Tuhan yang menegur mereka, saya hanya dapat duduk di sini sambil mengocok membayangkan Tante (Mamanya Novi) di dalam WC.

TAMAT


Nama saya Roy W, ciri-ciri saya adalah sebagai berikut: berbadan kecil, wajah tidak menarik dengan kacamata serta penakut, tapi saya jago gambar bahkan juara di sekolah saya. Ini adalah pengalaman nyata saya, nama dan tempat sudah saya samarkan.

Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun lalu di SMA saya di kota tempat tinggal saya waktu itu. Waktu itu saya mempunyai pacar bernama.., anggap saja Novita namanya. Ternyata SMU itu benar-benar gila, terutama mengani hal yang akan saya beberkan nantinya dan juga ternyata Novita mempunyai ayah yang juga gila. Maka, teman-teman bacalah cerita berikut di bawah ini untuk mengetahui kenyataan yang gila ini di kota kelahiran saya.

Kisah ini dimulai ketika saya masih kelas 1 SMU di SMU XX(edited). Saya melihat Novita ini pertama kali di sekolahnya, dan saya rasa memang saya telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Yah.., memang kami berlainan sekolah tetapi kami berumur sama.

Singkat cerita, akhirnya kami jadian karena memang sama-sama suka. Tapi kira-kira setelah sekitar 3 minggu kami jadian, terjadilah peristiwa itu. Waktu itu saya menjemputnya di sekolahnya karena dia ada kegiatan sore. Saat itu hujan deras sekali, lalu sewaktu kami berjalan menyusuri lorong sekolah tersebut, sayup-sayup nyaris tidak terdengar kami berdua mendengar desahan-desahan nikmat dari ruang BP.

Kami langsung saja memberanikan diri untuk mengintip apa gerangan yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Dan kami berdua sangat kaget, karena ternyata Pak Yono (sebut saja) dan Bu Ninik, guru BP di sekolahnya Novita tersebut sedang pesta seks di ruangan sempit nan pengap tersebut, dan tidak menyadari adanya 2 makhluk muda belia ini yang mengintip.

Tapi mendadak saya merasakan seseorang memukul kepala saya sehingga saya merasakan pening yang amat sangat di kepala dan terjatuh pingsan. Ketika bangun saya sedang duduk di kursi ruangan BP tersebut dalam keadaan terikat. Dan sungguh setengah mati, saya tidak dapat mempercayai pemandangan yang tersaji di hadapan saya waktu itu.

Saya melihat Pak Yono sedang asyiknya menjilati klitoris pacar saya Novi, Bu Ninik sedang memilin-milin puting Novi dan Pak Eko sedang 'mengerjai' lubang anus Pak Yono dari belakang. Pak Yono pun menjerit keenakan. Bu Ninik juga ikut mendesah-desah sendiri sambil terus memilin puting Novi, sedangkan Novi sendiri menangis sejadi-jadinya, tapi saya dapat melihat bahwa sebenarnya dia sendiri pun menikmati permainan gila tersebut. Bahkan yang lebih gila lagi, saya sendiri pun semakin lama semakin menikmati sensasi yang diciptakan oleh permainan mereka.

Lalu Bu Ninik mendekati saya dan langsung melepaskan celana saya dan membebaskan kemaluan saya yang langsung mengacung tegak melawan gravitasi dan mulai memaju-mundurkan kepalanya mengulum penis saya. Saya pun menggelinjang keenakan sambil berteriak. Hingga akhirnya, "Crutt.. crott.. croot..!" saya pun menyemburkan sperma saya di wajah Bu Ninik.

Oya, sebagai informasi saja, batang kemaluan saya berukuran 6 cm ketika ereksi, memang tidak termasuk besar sih, tapi paling tidak masih dapat ejakulasi.

Lalu saya melihat ke arah Pak Yono dan Pak Eko, dan ternyata mereka masih melanjutkan aksi mereka sampai akhirnya Pak Yono pun terkulai lemas keenakan. Waktu itu Pak Eko mengeluarkan spermanya di mulut Pak Yono. Saya sendiri heran, padahal penampilan Pak Yono ini benar-benar sangar, dengan kumis yang subur dan tampang killer, tapi ternyata dia dapat menikmati adanya kemaluan pria lainnya di lubang anusnya.

Akhirnya kami diperbolehkan pulang setelah diancam bahwa mereka akan mengeluarkan Novi dari sekolah dan akan membunuh saya apabila kami membocorkan hal yang barusan terjadi kepada orangtua kami. Saya sebenarnya memang takut dan tidak berani melawan, karena saya memang tergolong orang yang penakut.

Kami pulang dengan perasaan yang kacau dan tidak karuan, Novi masih terus-terusan menangis sambil memegangi kelaminnya yang mungkin masih perih sehabis dijilati Pak Yono. Saya pun memutuskan untuk tidak meninggalkan Novi karena memang saya sangat mencintainya dan saya tidak ingin membuatnya lebih sedih lagi dengan kepergian saya dari sisinya.

Kira-kira 2 bulan setelah hal itu, saya main ke rumah Novi waktu malam Minggu untuk memberikan hadiah valentine. Ketika sampai di depan rumahnya yang terletak di pinggir jalan besar, saya memencet bel pintu berkali-kali, tapi anehnya tetap saja tidak ada yang membukakan. Akhirnya saya nekat meloncat pagar dan masuk ke dalam rumah lewat garasi dan masuk ke ruang utama. Tidak ada seorang pun di sana.

Lalu saya samar-samar mendengar teriakan-teriakan kecil yang tertahan dari kamar utama. Dan betapa kagetnya saya ketika melihat bahwa ayah kandung Novi sendiri yang bernama Pak Subi masih menjilati vagina Novi sambil meremas-remas susu mungilnya itu. Saya ingin melabrak mereka tapi saya tahan karena disamping rasa penakut saya yang amat sangat ini, saya sebenarnya juga ingin terus melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.

Sambil menelan ludah, saya melihat ayahnya menjilati klitoris mungilnya yang berwarna merah darah itu dengan sangat ganasnya.
Novi kelihatan sungguh-sungguh menikmatinya, karena dia berteriak-teriak, "Aach.. ahh.! Pahh..! Terus Pahh..! Jilat terus Pahh, ahh.. uhh.. ahh..! Aduh.. enakk.. enakk.. Novi.. ampiirr.. keke.. kekeeluarr.. Aahh..!"
Lalu Om Subi membalik tubuh novi menjadi posisi doggy style dan merenggangkan paha Novi sehingga saya pun dapat melihat dengan jelas tampak dalam vagina Novi yang sangat menggiurkan itu.

Karena mungkin sudah tidak tahan, Om Subi langsung menyogok vagina Novi dengan sangat kerasnya sehingga Novi pun berteriak menahan sakitt, "Ahh..! Sakitt.. Pahh..!"
Om Subi tidak memperdulikan teriakan anak gadisnya dan terus memompa batang kemaluannya ke dalam vagina Novi secara teratur dan mengeluarkan erangan-erangan tertahan.
"Ahh.. ahh.. ahh.. enak Vii.. tempikmu sungguh enak..! Lebih enak.. daripada Mamimu waktu perawan."

Dia lalu berganti posisi lagi menjadi posisi 'climbing a tree', dan memompa Novi dari bawah sambil memeluk tubuh mungil Novi dengan kencang, lalu akhirnya mereka berganti posisi lagi menjadi gaya 69 dan dia menjilati vagina Novi lagi.. dan lagi. Novi sendiri pun menikmati sensasi tersebut dan mulai mengulum batang kemaluan ayahnya.

Hingga akhirnya Om Subi pun tidak dapat menahan dorongan dari dalam batang penisnya dan berteriak, "Aahh.. akuu keluarr.. nikkmaatt.. sekallii.. ahh..!"
Novi pun tampak kaget, tapi karena kepalanya terus ditekan oleh ayahnya, maka mau tidak mau dia harus meminumnya sampai habis.
Novi hanya berkata, "Gurih Pah.., aku juga udah keluar ya..?"
Om Subi menjawab, "Iya Nov, punyamu juga gurih banget."
Lalu mereka tertidur bersama, mungkin karena kelelahan.

Ketika saya ingin berbalik dan bermaksud meninggalkan tempat ini dengan perasaan sangat bingung, ternyata saya baru sadar bahwa sudah dari tadi Mamanya Novi mengawasi dari sofa di belakang saya tanpa sepengatauan saya.
Dia berkata, "Ryo, bagus ya pertunjukkannya..?"
Saya pun termenung tanpa dapat menjawab karena sangat ketakutan.

Tapi tanpa diduga, ternyata dia mendekat lalu melepas celana saya dan mulai mengulum batang kemaluan saya. Terang saja saya yang sudah dari tadi menahan nafsu karena pertunjukkan ayah dan anak tersebut sangat menikmati kulumannya.
Saya pun mendesah tidak karuan, "Ahh.. ahh.. Taan.. Tee.. enaakk.. bangett.. sih.. kuluman.. nyyaa.. ahh..!"
Dan dia pun malah mempercepat frekuensi kulumannya sambil membuka bajunya sendiri satu-persatu.

Lalu saya diajaknya ke ruang kerja yang terletak di depan dengan alasan agar tidak membangunkan Om Subi dan Novi. Saya pun menurut seperti dihipnotis dan mengikutinya dari belakang. Lalu di sana dia langsung mengocok-kocok batang kemaluan saya sambil membimbing tangan saya yang satu lagi untuk dimasukkan ke lubang senggamanya. Maka saya pun mulai mengocok liang senggamanya yang sudah sangat becek itu keluar masuk.
Dia pun menggelinjang-gelinjang tidak karuan dan berteriak-teriak kecil takut kedengaran, "Ahh.. achh.. enak.. Ryo.. enakk.. teruuss..! Lebih cepet..!"

Saya pun mempercepat temponya dan dia mempercepat tempo kocokannya pada batang penis saya dan meremasnya keras-keras. Akhirnya dia bilang sudah tidak tahan dan minta agar batang kemaluan saya dimasukkan saja, padahal saya sendiri pun malah sudah hampir keluar. Dia pun membimbing penis saya dan diarahkan ke lubang senggamanya. Masuknya kemaluan saya ke lubang senggamanya diiringi dengan teriakan kami berdua.

Saya tidak dapat menggambarkan situasinya waktu itu, yang pasti vaginanya memang sudah lebar dan sangat-sangat basah. Tapi saya cuek saja karena saya pikir kapan lagi saya dapat mempunyai kesempatan seperti sekarang ini, yang penting kan sudah ngerasain begituan.

Akhirnya saya keluar duluan di dalam, karena saya memang sudah tidak kuat. Karena Tante belum puas, dia meminta saya untuk menjilati vaginanya itu. Maka saya turuti saja menjilati vagina Tante sampai dia kejang-kejang kenikmatan karena sudah puas, walaupun banyak putih-putih di dalamnya dan berbau busuk yang saya sendiri tidak tahu itu apa sampai sekarang.

Setelah itu saya disuruh pulang oleh Tante karena hari sudah mulai malam. Saya pulang dengan perasaan yang bahkan lebih kacau daripada pengalaman saya sebelumnya dengan guru-guru BP itu. Akhirnya saya pun memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Novi dan kerabat-kerabatnya lagi karena mereka benar-benar keluarga gila.

Saya sekarang sudah di SMU kelas 3, dan kabar terakhir yang saya dengar dari teman saya di sekolahnya Novi ternyata sampai sekarang Novi dan guru-guru BP tersebut masih sering melanjutkan aksi gila mereka. Dan yang lebih gila lagi, Om Subi pun ikut-ikutan juga. Kalau mengenai Mamanya Novi, dia sekarang jarang pulang rumah dan hunting gigolo-gigolo muda di Jakarta.

Saya hanya dapat mendesah karena kecewa dengan mereka, saya harap mereka dapat bertobat. Ingin rasanya melaporkan perbuatan bejat guru-guru BP tersebut dan juga Om Subi pada yang berwajib. Tapi apa daya, saya sendiri benar-benar penakut, bahkan sampai sekarang pun masih sangat penakut. Biarlah Tuhan yang menegur mereka, saya hanya dapat duduk di sini sambil mengocok membayangkan Tante (Mamanya Novi) di dalam WC.

TAMAT

Kasih Sayang Ibu Mertuaku


Aku seorang laki-laki biasa, hobbyku berolah raga, tinggi badanku 178 cm dengan bobot badan 75 kg. Tiga tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

*****

Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir "Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana" tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

*****

Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya. Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

*****

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak "Awas tikusnya keluar..!" tandas Ibu mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus" Ibu mertuaku kembali menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar kubilang "Mana.. mana tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana.." kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan "Kamu takut juga ya?".
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

"Udah dibuang keluar belum?" tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua" tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!" kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?" potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata "Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya, Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

"Kenapa jadi begini, Bu..?" tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.." jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata "Ibu mau juga.?".
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

"Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss.." kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?" tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda Ibu mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan. Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

"Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!" suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., "Acchh.." Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.

Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

*****

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya "Siapa didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.." balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?" tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!" jawab Ibu mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan "Mau Ibu mandiin nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih mandinya.." jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan "Oh.. oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan "Waduh.. enak banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja.." balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya. Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu mertuaku.
Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung makanya tumpah", kataku dalam hati.
Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

*****

Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

E N D


Aku seorang laki-laki biasa, hobbyku berolah raga, tinggi badanku 178 cm dengan bobot badan 75 kg. Tiga tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

*****

Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir "Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana" tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

*****

Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya. Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

*****

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak "Awas tikusnya keluar..!" tandas Ibu mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus" Ibu mertuaku kembali menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar kubilang "Mana.. mana tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana.." kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan "Kamu takut juga ya?".
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

"Udah dibuang keluar belum?" tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua" tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!" kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?" potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata "Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya, Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

"Kenapa jadi begini, Bu..?" tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.." jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata "Ibu mau juga.?".
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

"Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss.." kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?" tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda Ibu mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan. Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

"Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!" suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., "Acchh.." Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.

Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

*****

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya "Siapa didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.." balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?" tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!" jawab Ibu mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan "Mau Ibu mandiin nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih mandinya.." jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan "Oh.. oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan "Waduh.. enak banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja.." balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya. Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu mertuaku.
Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung makanya tumpah", kataku dalam hati.
Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

*****

Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

E N D
Template by : kendhin x-template.blogspot.com